DEFINISI SUKSESI
Istilah "Suksesi" sudah akrab di pendengaran dan dipakai dalam masalah politik maupun ekologi. Dalam politik istilah suksesi dipakai untuk menjelaskan tentang pergantian kepemimpinan dalam suatu organisasi maupun institusi. Tetapi yang akan dibahas adalah suksesi dalam ilmu ekologi yang menggambarkan perubahan vegetasi yang berlangsung secara berurutan dalam suatu kawasan, hal inilah yang disebut sebagai suksesi dalam ekosistem.
Pengertian dan definisi Suksesi menurut Barbour dkk. (1980), menyebutkan bahwa suksesi merupakan suatu perubahan komposisi jenis tumbuhan yang kumulatif dan searah dan terjadi pada suatu wilayah tertentu. Pengertian suksesi seperti itu segera dinyatakan memenuhi syarat bila dikaitkan dengan batas waktu, karena bisa jadi perubahan jenis tumbuhan terjadi secara musiman sepanjang tahun. Contoh: suatu padang rumput mungkin pada musim tertentu (musim semi) didominasi oleh jenis herba Dikotiledon (kelompok jenis tumbuhan dengan biji berkeping dua), kemudian pada akhir musim kering mungkin jenis tumbuhan rumput tinggi (kelompok tumbuhan Monokotil) menggantikan posisinya sebagai jenis yang dominan.
Pengertian suksesi vegetasi dimulai dari pendapat Clements (1916, dikutip oleh Park, 1980), yang menunjukkan perkembangan vegetasi sebagai suatu urutan yang teratur dan dapat diprediksi/diduga yang terjadi sepanjang alur perkembangan yang terbatas menuju pada situasi akhir yang dapat diduga.
TAHAP TAHAP SUKSESI DAN KARAKTERISTIK SUKSESI
Dalam
suksesi terjadi suatu proses perubahan secara bertahap menuju suatu
keseimbangan. Clements menyusun urutan kejadian secara rasional ke
dalam 5 fase, yaitu:
Fase 1. NUDASI : proses awal terjadinya pertumbuhan pada lahan terbuka/kosong.
Fase 2. MIGRASI : proses hadirnya biji-biji tumbuhan, spora dan lain-lainnya.
Fase 3. ECESIS : proses kemantapan pertumbuhan biji-biji tersebut.
Fase 4. REAKSI : proses persaingan atau kompetisi antara jenis tumbuhan yang telah ada/hidup, dan pengaruhnya terhadap habitat setempat.
Fase 5. STABILISASI: proses manakala populasi jenis tumbuhan mencapai titik akhir kondisi yang seimbang (equilibrium), di dalam keseimbangan dengan kondisi habitat lokal maupun regional.
Suksesi lebih lanjut tersusun atas suatu rangkaian rute perjalanan terbentuknya komunitas vegetasi transisional menuju komunitas dalam kesetimbangan. Clements memberi istilah untuk tingkat komunitas vegetasi transisi dengan nama SERE/SERAL, dan kondisi akhir yang seimbang disebut sebagai Vegetasi Klimaks. Untuk komunitas tumbuhan yang berbeda akan berkembang pada tipe habitat yang berbeda.
Adapun karakteristik umum peristiwa suksesi ini, Park (1980) menjelaskan sebagai berikut:
1). Keanekaragaman ekologi (Ecological Diversity).
Keanekaragaman jenis/species umumnya meningkat selama suksesi karena meningkatnya sejumlah relung dalam habitat yang tersedia bagi tingkat perkembangan seral berikutnya. Regier dan Cowell (1972, dikutip oleh Park, 1980) menyatakan bahwa awal suksesi didominasi oleh sedikit jenis organisme yang memiliki kesempatan yang tinggi untuk tumbuh tanpa kompetisi yang efektif dengan sebagian besar jenis hidup lebih lama. Menurut Loucks (1970, dikutip oleh Park, 1980), puncak keanekaragaman jenis penyusun komunitas hutan terjadi setelah 100 sampai 200 tahun setelah awal suksesi sekunder, dan suatu keanekaragaman yang menurun terjadi kemudian dalam proses suksesi. Kemungkinan akibat kebakaran atau juga pengelolaan oleh manusia. Oleh karena itu, Park (1980) menyimpulkan bahwa jelasnya secara umum peningkatan keanekaragaman ekologis melalui suksesi ekologi harus menjadi elemen kunci dalam semua
strategi pengelolaan hutan.
Fase 1. NUDASI : proses awal terjadinya pertumbuhan pada lahan terbuka/kosong.
Fase 2. MIGRASI : proses hadirnya biji-biji tumbuhan, spora dan lain-lainnya.
Fase 3. ECESIS : proses kemantapan pertumbuhan biji-biji tersebut.
Fase 4. REAKSI : proses persaingan atau kompetisi antara jenis tumbuhan yang telah ada/hidup, dan pengaruhnya terhadap habitat setempat.
Fase 5. STABILISASI: proses manakala populasi jenis tumbuhan mencapai titik akhir kondisi yang seimbang (equilibrium), di dalam keseimbangan dengan kondisi habitat lokal maupun regional.
Suksesi lebih lanjut tersusun atas suatu rangkaian rute perjalanan terbentuknya komunitas vegetasi transisional menuju komunitas dalam kesetimbangan. Clements memberi istilah untuk tingkat komunitas vegetasi transisi dengan nama SERE/SERAL, dan kondisi akhir yang seimbang disebut sebagai Vegetasi Klimaks. Untuk komunitas tumbuhan yang berbeda akan berkembang pada tipe habitat yang berbeda.
Adapun karakteristik umum peristiwa suksesi ini, Park (1980) menjelaskan sebagai berikut:
1). Keanekaragaman ekologi (Ecological Diversity).
Keanekaragaman jenis/species umumnya meningkat selama suksesi karena meningkatnya sejumlah relung dalam habitat yang tersedia bagi tingkat perkembangan seral berikutnya. Regier dan Cowell (1972, dikutip oleh Park, 1980) menyatakan bahwa awal suksesi didominasi oleh sedikit jenis organisme yang memiliki kesempatan yang tinggi untuk tumbuh tanpa kompetisi yang efektif dengan sebagian besar jenis hidup lebih lama. Menurut Loucks (1970, dikutip oleh Park, 1980), puncak keanekaragaman jenis penyusun komunitas hutan terjadi setelah 100 sampai 200 tahun setelah awal suksesi sekunder, dan suatu keanekaragaman yang menurun terjadi kemudian dalam proses suksesi. Kemungkinan akibat kebakaran atau juga pengelolaan oleh manusia. Oleh karena itu, Park (1980) menyimpulkan bahwa jelasnya secara umum peningkatan keanekaragaman ekologis melalui suksesi ekologi harus menjadi elemen kunci dalam semua
strategi pengelolaan hutan.
2). Struktur Ekosistem dan Produktivitas.
Dengan
adanya proses suksesi dalam suatu ekosistem maka biomas akan
cenderung meningkat selaras dengan perubahan komposisi jenis pioneer
yang digantikan oleh bentuk vegetasi yang lebih besar, dan meningkatnya
jumlah maupun keanekaragaman habitat. Produktivitas juga akan
meningkat, minimal selama awal suksesi.
3). Perubahan Karakteristik Tanah.
Seperti
dinyatakan oleh Clements bahwa suksesi berlangsung secara progresif
(semakin maju) sepanjang waktu, maka perubahan komunitas vegetasi juga
akan memodifikasi (menyebabkan perubahan) pada habitat dan lingkungan
local. Pada ekosistem daratan, misalnya hutan Jati yang dibiarkan
menjadi hutan Jati alam seperti di RPH Darupono, KPH Kendal,
karakteristik tanahnya berbeda dengan yang ada di bawah tegakan Jati
yang dikelola secara intensif. Tampak a.l. pada ketebalan humus,
kelembaban tanah dan iklim mikro di bawah tegakan hutan Jati yang
tercampur dengan berbagai jenis kayu lain secara bertingkat-tingkat.
4). Stabilitas Ekosistem.
Selaras
dengan meningkatnya formasi organisme yang ada akibat proses
suksesi, kemudian tumbuh berkembang dan mati, telah memberikan
pelajaran berharga tentang terciptanya stabilitas ekosistem. Ada
beberapa pendapat yang masih diperdebatkan, yaitu berkisar antara
‘stabilitas ekosistem’ atau ‘stabilitas yang dinamis’. Kedua pendapat
ini beralasan untuk yang pertama bahwa secara sederhana dengan adanya
suksesi secara keseluruhan telah meniadakan perubahan ekologis dalam
suatu system, atau hanya sedikit terjadi peningkatan melalui proses
suksesi. Adapun untuk pendapat yang kedua bahwa kecepatan komunitas giat
kembali setelah terjadinya beberapa gangguan secara temporal umumnya
menurun selama proses suksesi.
5). Tingkatan waktu (Time Scales).
Perhatian
juga difokuskan pada tingkatan waktu yang terkait dengan proses
suksesi, dan kecepatan perubahan yang terjadi pada tingkat sere. Hal
ini memberikan diagnosis yang bernilai terhadap indikator stabilitas
ekosistem yang potensial, kerentanan terhadap penyebab perubahan, dan
tingkatan waktu yang dibutuhkan (dalam strategi pengelolaan/manajemen)
untuk memperbaiki diri secara alami bagi ekosistem yang rusak. Odum
(1962, dikutip oleh Park, 1980) menyimpulkan bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tingkat klimaks adalah berkaitan dengan
struktur komunitas. Dalam ekosistem hutan, suksesi jauh lebih lama
karena biomas yang besar terakumulasi sepanjang waktu, dan komunitas
terus berubah dalam komposisi jenis dan mengatur lingkungan fisiknya.TIPE TIPE SUKSESI
Suksesi Primer
adalah terbentuknya komunitas tumbuhan pada suatu lahan yang pada
awalnya kosong tanpa vegetasi. Bila komunitas pioneer terjadi pada lahan
yang basah, misalnya pada tepian waduk yang menjadi dangkal maka
disebut sebagai suksesi primer hidrarch. Sementara komunitas pioneer
yang terjadi pada batu granit yang terbuka disebut sebagai suksesi
primer xerarch.
Suksesi Sekunder adalah invasi tumbuhan pada lahan yang sebelumnya sudah ada vegetasi, namun vegetasi awal tersebut mengalami kerusakan dan gangguan baik alami maupun oleh kegiatan manusia. Misalnya pada areal bekas perladangan liar di hutan hujan tropis yang ditinggalkan, atau areal hutan bekas tebangan liar (illegal logging) yang dibiarkan akan kembali membentuk hutan sekunder.
Definisi Suksesi Primer
Suksesi primer adalah perkembangan vegetasi, mulai dari habitat yang tidak bervegetasi serta mampu melewati tahapannya tanpa gangguan dari luar, sampai pada masyarakat yang stabil atau klimaks. Suksesi primer terjadi apabila masyarakat asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya masyarakat asal tersebut secara total. Suksesi primer ini terbagi lagi menjadi 2 jenis, yakni suksesi yang berawal dari habitat kering, yang disebut suksesi xerark, dan suksesi yang berawal dari daerah basah (air tergenang) yang disebut suksesi hidrark. Masing-masing jenis suksesi tersebut diawali dengan komunitas pioner yang mirip ianpa dibantu oleh adanya faktor iklim.
Gangguan dari komunitas secara total bisa terjadi secara alami, misalnya letusan gunung berapi, tanah longsor, endapan lumpur baru di muara sungai dan endapan pasir di pantai, bahkan ada pula gangguan yang berasal dari manusia seperti penambangan batu bara dan timah. Pada habitat yang baru ini akan berkembang suatu komunitas yang baru pula, yang disebabkan adanya biji, spora dan benih yang masuk ke habitat sebelumnya tersebut dengan bantuan tidak langsung dari air, angin bahkan manusia.
Definisi Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi apabila suatu suksesi normal atau ekosistem alami terganggu/dirusak. Kebakaran, perladangan, penebangan secara selektif, penggembalaan dan banjir adalah contoh kegiatan manusia yang menimbulkan gangguan tersebut.
Gangguan ini tidak sampai merusak total tempat tumbuh, sehingga dalam ekosistem tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.
Contoh: kondisi hutan yang terlantar atau tanah garapan yang ditinggalkan. Hal ini menyebabkan perbedaan suksesi sekunder dan suksesi primer terletak pada kondisi habitat awalnya. Pada suksesi primer, habitat awal terdiri atas substrat yang sama sekali baru sehingga tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tahap awal berasal dari biji dan benih yang datang dari luar. Sedangkan pada suksesi sekunder, biji dan benih tidak saja berasal dari luar tetapi juga dari dalam habitat itu sendiri.
Demikian Penjelasan Diatas Mengenai Suksesi Semoga Bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar